Hari-hari memang sedang berat. Sudah wajar jika kelelahan dan butuh istirahat. Kehilangan diri sendiri bukan lagi perihal yang bisa dihindari. Bisa jadi malah tersesat sampai benar-benar lupa cara untuk kembali.
Dia, misalnya. Kepalanya dipenuhi oleh perkelahian-perkelahian dengan dirinya sendiri. Pikirannya sedang kacau, seperti benang kusut, katanya. Sayang sekali kami belum bisa bertemu. Masalahnya, dia termasuk ke dalam daftar orang-orang paling sulit ditebak yang pernah saya kenal. Dalam satu hal ini, kami jelas berbeda. Saya selalu bisa langsung mengatakan apa yang sedang saya pikirkan atau rasakan, tidak merasa kesulitan untuk menunjukkan hal-hal yang saya inginkan dan yang tidak. Sementara dia adalah kebalikan dari semuanya. Jadilah saya dengan hati-hati menempatkan diri sebagai pengurai benang-benang itu meski kedua lengan saya mungkin terlalu kecil untuk memeluk semua persoalan.
Kalau saja keadaan lebih mudah, saya tidak akan ragu untuk meraihnya dan menenangkan ocahan-ocehan di dalam kepalanya. Mungkin kami akan terseret membahas yang saintifik, yang religius, yang seru, yang menghabiskan energi kami sendiri, yang tidak perlu dibahas, dan hal-hal lainnya, lalu tertawa, atau hanya bersisian tanpa suara sama sekali, lalu kembali dipisah kesibukan dan ingin saling menemukan.
Hari-hari memang sedang berat, tapi juga akan lewat. Begitu, kan?
Hari-hari memang sedang berat, tapi juga akan lewat. Begitu, kan?
No comments:
Post a Comment