Saya pernah baca twit salah satu akun publik yang bunyinya kayak gini,
Cheaters think everyone cheats. Liars think everyone lies. Keep this in mind.
Tanpa perlu berpikir seribu kali saya mengaminkan.
Pada suatu masa dalam hidup saya berteman dengan seseorang yang hidupnya cuma diisi dengan menuding dan memandang sebelah mata orang lain. Kepada senior yang lulus di perusahaan ternama, dia mencibir bapaknya pasti punya kuasa. Kepada mereka yang menjuarai olimpiade, dia meremehkan lawan yang tuduhnya saat itu tidak berkualitas. Kepada orang-orang yang mendekati impian, tudingnya mereka punya 'kenalan', atau itu hanya buah keberuntungan. Seolah-olah setiap pencapaian bukanlah bagian dari perjuangan.
Dia nggak pernah memandang manusia lain sebagai individu ciptaan Tuhan yang dianugerahi kemampuan. Mungkin karena selama ini dia memang nggak bisa ngandelin diri sendiri dan seumur hidupnya bergantung pada 'pengaruh' orang tua.
Terserah.
Tapi saya muak.
Saya selalu percaya setiap orang punya keistimewaan dan kemampuan untuk melampaui apa-apa yang dianggap sebagai batas dirinya, dan siapa pun nggak berhak mengecilkan mereka. Kalau mereka memang sehebat itu, kamu mau apa? Kalau mereka memang secerdas itu, kamu bisa apa? Mau terus mengingkari kapabilitas diri mereka dengan standar diri kamu yang rendahan?
Jadi manusia harus pinter-pinterlah mengasah respek untuk orang lain. Kamu nggak pernah tahu mereka sudah ngusahain apa aja untuk mencapai titik itu, dan mereka juga sama sekali nggak membutuhkan kamu untuk menilai sejauh apa usaha itu, sih.
Atau kalau memang nggak bisa ngasih kebajikan apa pun untuk semesta, kurang-kuranginlah menggunjing dan nyebar berita yang kebenarannya abu-abu. Selain jadi fitnah, juga menunjukkan betapa nggak berartinya hidup kamu selama bertahun-tahun karena nggak ada kerjaan selain ngomongin orang.
Bisa nggak, neh?!
Bisa nggak, neh?!
No comments:
Post a Comment