![]() |
Candi Prambanan, 2016 |
[PREV: NMCC Bulaksumur 3 | Part 1]
Kami telah berproses bersama sejak seleksi calon delegasi pada bulan April 2016. Mengikuti sesi in class yang muatannya pemanasan materi hukum perdata yang disuguhkan NMCC ini setiap dua tahun, sebelum menyentuh kasus posisi (kaspos) dari panitia penyelenggara. Pembahasan kaspos. Menyicil pengerjaan berkas. Hingga masuk ke tahap karantina pada bulan Juli.
Saat itu kegiatan kami masih dalam proses penyelesaian berkas, namun kami, 18 orang dengan latar belakang kehidupan yang berbeda, harus tinggal dalam satu atap. Kami yang bukan siapa-siapa, pemula yang hanya bermodalkan harapan dan kemauan, bekerja keras untuk meraih mimpi yang setiap hari meronta dalam hati kami menuntut untuk diwujudkan.
Tahap latihan simulasi sidang kami tiba pada bulan September. Saya yang semula ditempatkan sebagai ahli, oleh Kak Fadil dipindahkan menjadi Jaksa Pengacara Negara. Beliau, Kak Fadil itu, adalah sosok yang diagung-agungkan oleh mooters di Fakultas Hukum kampus saya. Selain karena beliaulah satu-satunya ketua delegasi yang pernah membawa timnya mengangkat piala national moot court competition, kepribadian beliau pun patut diacungi jempol. Setiap beliau menyempatkan waktu untuk menengok kami, rasanya kami kembali dipenuhi energi dan motivasi untuk menjadi juara. Ada pula Kak Zul dan Kak Gusti yang menyisihkan sedikit masa mudanya untuk mendampingi kami dalam mencapai cita-cita.
15 November kami tiba dengan selamat di Bandara Internasional Adisucipto. Oleh LO, Eva dan Mas Diko, didampingi menuju homestay di daerah Giwangan. Kami tinggal dan latihan di sana, hingga tanggal 18 berangkat menuju Wisma MM UGM dan mengikuti opening ceremony di Gedung 1 Fakultas Hukum UGM. Malam itulah kali pertama kami melihat piala baru NMCC Bulaksumur 3. Piala itu berbentuk segi delapan, berkilau di bawah cahaya yang temaram. Hati saya berdebar. Mata saya memanas, sebelum akhirnya butiran air perlahan mengaliri pipi yang merona oleh blush on.
Piala NMCC Bulaksumur III |
Perasaan itu. Isakan itu. Ada yang menggebu di dalam sana. Mimpi saya, mimpi kami, memberontak untuk menjelma kenyataan. Saya tidak pernah merasakan perasaan ingin memiliki sebesar itu. Saya tidak pernah bergetar sehebat itu saat melihat sesuatu. Sebab tujuan kami sudah di depan mata. Selangkah lagi bagi kami untuk meraihnya. Butuh lebih banyak kerja keras, lebih banyak proses memantaskan diri untuk menyentuhnya. Namun hanya tersisa beberapa jam dan yang bisa kami lakukan hanya berdoa dan menyerahkan semua kepada-Nya. Saya melirik kawan di samping, ternyata tidak hanya saya yang menitikkan air mata. Kami berpegang tangan, menyatukan semangat dan doa-doa.
Keesokan harinya, kami sidang di Pengadilan Negeri Sleman yang ditutup oleh golden time dan derai air mata haru dari rekan setim. Kami berpelukan, mengucap terima kasih pada satu sama lain karena telah setia dan rela berjuang bersama hingga titik ini. Sedikit lagi..
Namun, malam harilah kabar tidak menyenangkan itu tiba. Saat isakan reda, kami membunuh waktu dengan menyusuri tepi jalan raya sekitar hotel. Makan es krim, gorengan, dan makanan lain yang dulu 'diharamkan' demi menjaga suara agar tetap prima, sebagai usaha untuk menghilangkan kepedihan, tapi sia-sia. The harder we try to resist, the deeper the sorrow.
Tanggal 20 November berlalu tanpa hal yang cukup berarti. Kami hanya menghibur diri di sepanjang Jalan Malioboro, sebelum akhirnya mempersiapkan diri untuk closing ceremony pada pukul 19.00. Melihat mahasiswa Padjadjaran mengangkat piala dan menyanyikan lagu kemenangan mereka memang menyesakkan, namun tidak lagi mencipta tangis. We're learning to love the sound of our feet walking away from things not meant for us.
-
NMCC Bulaksumur 3.
Ribuan argumen keluar-masuk telinga setiap hari, semuanya semata-mata untuk kebaikan tim. Tawa bukan hal yang jarang terdengar. Sedih pun pernah kami lalui. Ratusan kecewa kami atasi bersama-sama. Walau tujuan kami sejak awal hanyalah juara, namun ternyata kami juga mendapatkan keluarga. Setidaknya, itulah yang saya rasakan. Karena ukuran tubuh saya yang di bawah rata-rata, saya selalu dianggap sebagai yang paling muda dan paling sering diisengin sama 17 orang lainnya. Kadang merasa miris juga, sih, di rumah kan saya yang sulung.
Walaupun luka hati masih menganga dan belum ada tanda-tanda akan kering dalam waktu dekat, tidak ada penyesalan telah bergabung dalam tim ini. Mungkin orang lain akan melihat yang kami lakukan sebagai kesibukan, tapi bagi kami ini adalah kebaikan. Mungkin orang lain menilainya sebagai kegiatan yang membuang waktu, tapi yang kami lihat adalah masa depan. Bagi orang lain yang kami lakukan tidaklah penting, tapi bagi kami inilah bentuk persiapan dalam mencapai cita-cita di masa akan datang.
Perjalanan kita masih panjang. NMCC Bulaksumur 4 menanti pada tahun 2018. Sejak dini, yuk memantaskan diri!
Grab the Gold!
"Kau hanya perlu kerja keras, perbanyak doa, dan tidak perlu kepo bagaimana Tuhan mengabulkan doa-doamu: entah dikabulkan hari ini, esok lusa, atau diganti-Nya dengan hal-hal yang lebih baik."
- Muhammad Fadhil 'Situmorang'
No comments:
Post a Comment