Belakangan ini hidup sedang aneh sekali. Banyak hal terjadi di luar kendali. Saya paling benci saat-saat seperti itu, tidak bisa melakukan apa-apa untuk mengambil alih keadaan sesuai kehendak diri. Ketika akhirnya mampu melakukan sesuatu, malah hal-hal yang kemudian disesali. Beberapa tindakan saya lakukan tanpa pertimbangan sama sekali. Selain karena memang ingin, bagi saya itu bagian dari eksplorasi. Meskipun, setelahnya, saya gigit jari.
Yang paling meresahkan adalah respon pikiran saya atas semuanya. Saya membayangkan hal-hal yang lebih buruk terjadi. Adegan-adegan yang tidak saya inginkan terputar bagai kaset rusak di kepala. Lalu, lagi-lagi saya hilang kontrol dan tenggelam di pusaran pikiran sendiri. Malam-malam panjang ini akan ditutup dengan saya meringkuk di bawah selimut, sesenggukan.
Overthinking adalah racun yang sangat ingin saya singkirkan. Dalam menjalin hubungan dengan orang-orang di sekitar, ketika melaksanakan tanggung jawab di kampus, dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ia menggerogoti saya sejak lama, causing unnecessary drama, menciptakan masalah-masalah yang sebenarnya tidak pernah ada. Saya lelah sekali.
Ia berakar dari ketidakpastian. I feel vulnerable about the future, I keep trying to solve problems in my head. Saya mencoba mengatasinya dengan membaca tulisan-tulisan tentang hal yang sama, menggali video-video di youtube, berkunjung ke tempat ramai, membersihkan rumah (my mom would be happy every time I overthink things), hingga saya sadar bahwa masalahnya hanya ada di pikiran saya saja. Hal utama yang harus saya lakukan adalah melihat ke dalam kepala saya.
1. Trick my mind.
Telling myself to not to have a certain thoughts is not the way to not have the thought. I need to replace the thought. Seringnya, saat mulai terpuruk dan merasa sesak, saya akan menegakkan duduk. Mengatur napas. Menggelengkan kepala pelan-pelan, mencoba memikirkan hal lain yang tidak lebih buruk. Saya tidak langsung merasa lebih baik, tetapi setidaknya pikiran saya tidak lagi fokus ke sesuatu yang membuat saya lelah.
2. Being the observer of thoughts and not the thoughts themselves.
I'm not the thought, I have a thought and I bring it to life with the attention I give it. Saya seharusnya mampu mengatur apa-apa saja yang memerlukan perhatian saya, dan pikiran negatif ini bukan salah satunya. Mereka akan selalu ada di sana, tapi pilihan untuk memberinya ruang untuk menciptakan efek khusus bagi saya, saya yang menentukan. It's just thoughts! I need to watch them from independent perspective, don't judge, don't react. Just observe and let go.
3. Don't create a whole story around the thoughts.
Lol. I need to stop.
4. Positive daily affirmations.
Saat sudah pulih dan merasa stabil kembali, saya akan beranjak ke depan cermin dan berkata pada diri sendiri, "All is well, all is well. You'll be fine, you'll be fine." Biasanya, ini membantu.
Saya percaya pada konsep "our life is what our thoughts make it." Yes, our life situation is shaped by the quality of our thoughts. That's how powerful our thoughts are. Tapi, yang kemudian saya sadari adalah pikiran-pikiran itu akan selalu hanya menjadi salah satu bagian dari diri kita. We are still its master, and we have the power to change or stop it when it's becoming too much.
No comments:
Post a Comment