1/4/19

Signing Out

2018 has been a hell of a ride.


I still can't believe that I could make it.

I really don't know how I'm still managing to be sane after all the life dramas, efforts, and struggles I've been through the past year. It was naudzubillahi so hard for me at first. Mentally, emotionally, physically. But life must go on--I'm so thankful for the process and how much it forced me to grow. In the end, it was worth every penny, and I have no regret. At all.

-

Kami pernah duduk bersama dalam satu forum dengan latar belakang berbeda untuk satu tujuan. Kami beradu dalam kompetisi; ada yang meraih kemenangan, sisanya pulang dengan tangis yang tertahan. Muda-mudi yang berkarakter dan hidup dalam ambisi bertemu dalam satu organisasi. Setiap obrolan tidak hanya bergizi, namun juga diikuti aksi.

Palembang has taught me that life is a perfect graveyard of buried hopes.

Sleepless nights in Bali.

Yogyakarta did its magic. Lucky me.

All our hard work has finally paid off. Proud!

My all time happiness. Will be back soon, Bandung.

Had such an amazing experience in Kutai Timur.

Conquer. KM 0, Sabang.

Pain is temporary, pride is forever. Thank you, Yogyakarta.

Our last project.

We deserve much better sleep.

Bukan hal mudah meyakinkan orang-orang yang sejak awal berseberangan, tetapi kecintaan kemudian menggugurkan keraguan. Siapa yang menyangka ternyata dengan bersama teman seperjuangan, perjalanan saya tidak seberat yang terlihat. Kualitas kebersamaan terbangun dari perdebatan-perdebatan, tawa yang tidak pernah habis, pertukaran lelucon dan sumpah serapah, kekecewaan yang tidak bisa dibebat, hari-hari yang ditutup dengan rasa penat, diskusi-diskusi persoalan hukum sampai kisah asmara yang sedang hangat.

Proses trial and error yang panjang menujukkan kepada saya bahwa bentuk pengabdian paling tinggi yang dapat seseorang lakukan untuk sesuatu yang dicintainya adalah melalui pengorbanan. Tidak peduli berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk fokus ke satu hal dan mengabaikan yang lainnya, tidak peduli berapa uang yang dikeluarkan untuk keberlangsungannya, tidak peduli seberapa lelah hati-tubuh-kepala dalam menjalaninya, tidak peduli berapa liter air mata yang tumpah ketika melihatnya tidak seperti yang dicita-citakan. Namun, ketika hal-hal yang diupayakan meninggalkan kesan dan berbuah kebaikan, luruh segala lelah untuk larut dalam kebahagiaan.

Setelah meniti hari demi hari, setelah jatuh dan bangkit kembali, setelah diperhadapkan kebersamaan dan masa-masa untuk berdiri di kaki sendiri, satu hal yang saya sadari adalah bahwa organisasi ini memiliki banyak arti. Tidak sekadar lembaga, organisasi ini menjadi wadah bagi mereka yang mencoba menemukan jati diri. Menjadi tempat bersandar bagi mereka yang ingin membuat hidupnya lebih baik lagi. Menjadi tempat pulang bagi mereka yang selalu mencari. Karena pada akhirnya kepada rumah inilah kami menitipkan hati, untuk kembali.

Dengan segala dinamika sampai tiba di penghujung, tidak ada kata terbaik yang bisa saya sampaikan selain terima kasih karena telah berjuang bersama.

"Move aside, I'll take over," said Growth to Comfort Zone.

No comments:

Post a Comment