2/2/17

Makassar Donation

Si Adek mupeng banget, ya? :) :)

Setidaknya, satu kali dalam dua minggu kami akan menerima sambutan yang hangat dari kawan-kawan yang membutuhkan uluran tangan kita untuk membantu mereka bertahan hidup. Terdengar heroik dan berlebihan, ya? Tapi kenyataannya memang seperti itu. Some people just have their life journey as smooth as silk, while some others have to struggle to death just to have their own breath.

Beruntung, di tengah teriakan masyarakat mengenai kebobrokan bangsa kita sementara mereka tidak melakukan apa-apa untuk mengubahnya, beberapa memilih bertindak lebih dengan aksi peduli terhadap sesama. Berbagi menjadi caranya.

Adalah Makassar Donation, social worker yang kini menjadi bagian dari hidup saya. Berawal dari rasa prihatin melihat banyak kawan kita yang hidupnya tidak cukup beruntung, dan banyak yang ingin memberi bantuan namun tidak punya waktu luang untuk melakukannya, beberapa mahasiswa kemudian berinisiatif untuk membentuk organisasi ini.

Setiap minggu kami akan melakukan survei ke beberapa panti asuhan, membuka donasi bagi siapa saja yang ingin menyedekahkan sedikit rezekinya untuk dinikmati, dan kami akan menjadi perpanjangan tangan dari orang tersebut. Donasi yang disalurkan tidak hanya berupa pakaian yang layak, tapi juga tas sekolah, sembako, permainan anak, buku, bahkan kasur. Ada juga yang hanya mengirimkan uang dan memercayakan kami akan seperti apa memanfaatkan harta mereka. Sesekali kami juga menyusuri jalan-jalan di kota untuk berbagi makanan.



Kau tahu, selalu menyenangkan melihat senyum terbit di bibir mereka ketika kami datang dengan segudang hadiah ini. Bertukar cerita, berbagi mimpi. Indah sekali, mimpi-mimpi mereka itu. Yang paling sederhana tapi bikin saya meringis ketika saya bertanya apa yang paling mereka inginkan, "Ketemu mama, kak. Kata Ibu (ibu asuh di panti), saya dititip sejak bayi, sampai sekarang mama tidak pernah menengok." Rasanya doa-doa agar mereka diberi ketabahan tidak akan cukup.

Jadi, untuk teman-teman saya yang selalu merasa banyak kurangnya, lihat, deh. Ada yang nasibnya hampir tidak pernah dikunjungi Dewi Fortuna. Terlalu banyak melihat ke atas hanya akan membuat kalian sesak, lho. Terus-menerus merasa hidupnya yang paling menderita. Sekarang, masih tidak bersyukur juga?

Who said no more humanity?

No comments:

Post a Comment