6/20/15

Dekat, tapi Jauh

Pernahkah kau merasa seperti ini?

Kau membangun dinding, batu bata per batu bata, hingga tingginya mencapai langit hanya agar dia tak tahu apa pun tentang keberadaanmu. Hanya untuk menciptakan penghalang antara kau dan dia. Hanya untuk menghentikan dirimu yang selalu berusaha untuk berada di sisinya. Hanya agar kau bisa belajar merelakannya. Agar kau berhenti bersikap seperti saat kalian masih bersama. Dan untuk sementara kau mulai merasa lebih baik, karena kau tak lagi perlu melihat wajahnya. Untuk sementara kau merasa baik-baik saja. Untuk sementara, dinding itu masih berdiri tegak.

Tetapi, tepat ketika kau berpikir bahwa segalanya telah kembali normal, semesta berkonspirasi untuk memutar keadaan. Pada suatu kesempatan, kau dan dia bertemu. Dan dinding yang kau bangun dengan susah payah, runtuh dalam sekejap, seperti dinding itu bahkan tak pernah ada sebelumnya.



Awalnya kau berpikir kau takkan peduli pada ia yang sedang berdiri di hadapanmu. Kau tak peduli pada rambut lebat miliknya yang dulu menjadi tempat jemarimu menari-nari. Kau tak peduli pada punggungnya yang pernah kau peluk dari belakang. Kau tak peduli pada punggungnya yang dulu, jika kau belai saat ia berada pada kondisi terburuknya, akan kembali merasakan ketenangan. Kau tak peduli pada jemarinya yang dulu sering memainkan rambutmu. Kau tak peduli pada jemarinya yang pernah menggenggammu begitu erat. Kau tak peduli pada lengannya yang pernah merengkuhmu saat kau menangis. Kau tak peduli, meskipun jantungmu berdegup semakin cepat dan membuatmu menahan napas. Kau tak peduli bahwa kau sangat merindukannya.

Kau berpikir kau tak peduli, tetapi kau melakukannya karena merasa terluka setiap melihat setiap senti dari dirinya. Karena semua hal yang ia miliki mengingatkanmu pada masa-masa yang pernah kalian lalui. Kenangan itu kembali hadir bersamanya. Tetapi, kau tahu tempatmu telah berubah, kau tak seharusnya memandangnya dengan cara yang sama seperti yang kau lakukan saat ia masih milikmu, yang bagaimanapun rasanya sangat menyakitkan.

Maka kau bersikap seperti semuanya normal. Seperti tak pernah terjadi apa-apa di antara kalian.

Dan ketika hanya ada kalian berdua, kalian menyadari betapa sulit menahan dinding pemisah itu ketika bertemu, karena yang ingin kalian lakukan hanyalah berlari ke pelukan masing-masing. Kalian paham betul akan hal itu, tapi kalian tak melakukan apa-apa, karena kalian tahu bahwa itu hanyalah kebiasaan lama yang akan memudar seiring berjalannya waktu?

Saya pernah.

No comments:

Post a Comment