Tidak terlihat, tapi selalu ada. Selalu mengikuti, tapi tak pernah tampak wujudnya. Ia berlari, diam-diam mengiringi setiap langkah yang kita jejakkan. Tetapi saat kita berhenti sejenak untuk beristirahat, ia tetap berlalu. Melesat. Suatu saat akan meledak oleh kehendak-Nya.
Ialah Sang Waktu.
Oleh Albert Einstein, waktu dianalogikan sebagai cahaya di antara dua cermin. Memantul ke depan dan ke belakang, menghasilkan bayangan, melodi, pikiran dalam jumlah yang tak terhingga. Dunia penggandaan yang tak terbatas.
Kebanyakan orang menganggap waktu sebagai kawan sekaligus musuh. Sebab ia selalu berbaik hati mempertemukan kita dengan hal-hal menyenangkan, lantas tanpa aba-aba merebutnya kembali. Ia menyuguhkan kebahagiaan, sedetik kemudian menggantinya dengan duka. Ah, tetapi orang-orang ini tak paham betul, bahwa waktu pun mampu menyembuhkan luka.
Oleh waktu, kita akan menemukan jawaban atas ribuan pertanyaan yang bersarang di kepala. Waktu membantu kita berpindah, dari keburukan menuju kebaikan, pun sebaliknya. Dari hidup menuju mati. Dari kanak-kanak menuju dewasa. Dari TK menuju perguruan tinggi. Dari jomblo menuju pacaran dan jomblo lagi. Dari pacaran menuju putus dan move on.
Hari perlahan merangkak. Jam terus berjalan. Detik akhirnya berlari. Saat ini waktu dan ketabahannya sedang membimbing saya menuju kelas XII. Waktu sungguh melesat begitu cepat. Masih jelas terekam dalam memori saya masa-masa perpisahan TK di mana saya mempersembahkan sebuah tarian; perpisahan SD di sebuah restoran dengan meja-meja panjang; kelulusan SMP di hotel berbintang; lantas pendaftaran SMA dan tetek-bengeknya.
Smada: dari Altavia, menuju Scive.
Ya, setahun belakangan saya habiskan di XI IA 5 (Science Five = Scive). Kesan pertama berada di kelas ini adalah saya akan bertemu dengan manusia-manusia kalem yang tidak cukup seru, walau bersahabat; saya merasa asing dan tidak nyaman. Kesan yang segera dipatahkan oleh Sang Waktu.
Waktu berbaik hati membuka mata saya, membuat saya menyadari bahwa Scive adalah kelas dengan anggota pemilik rahang terkuat. Oleh 32 siswa-siswi dengan latar belakang berbeda, ruangan yang berada di sudut ini selalu riuh oleh tawa. Saling memaki, mencela, menertawakan. Beberapa kali terjadi ketegangan, sedetik kemudian berganti tawa, lupa adu cekcok yang baru saja terjadi. Dengan berbagai kejahilan dan rasa nyaman satu sama lain, kami kemudian menjadi sekelompok siswa dengan kekompakan tinggi. Ah ya, tim futsal Scive adalah yang paling terkenal di kalangan pelajar tingkat SMA se-Kota Makassar.
Di Scive pula kau akan menemukan ragam bahasa yang khas. Berbagai istilah terus diciptakan oleh kawan-kawan saya dengan cara pengucapan yang hanya dipahami oleh Scivers. "Ajah", "Ogitu...", "Siapa lagi (kalimat sindiran)"; adalah salahtiganya. Kami juga punya kebiasaan memberi surprise kepada salah satu dari kami yang berulang tahun, kemudian foto bareng kuenya.
Pun beragam permainan super-absurd, dapat kau temukan di kelas kami. Bedak-bedakan; flappy bird on tournament; Scive pintar; hingga main 'gesek' yang sedikit tidak berperikelelakian. Permainan terakhir ini booming beberapa minggu belakangan, terinspirasi dari sini. Ini adalah daftar korbannya:
Scive. Entah saya harus menyebutnya kelas 'baik-baik' atau 'nakal', jahil, entahlah. Kau tentu paham perbedaannya, kan? Kelas 'anak baik-baik', sebab jika kau tengok isinya, dari 32 orang ini tak ada satu pun yang pernah membuat onar dan mericuhkan sekolah--sebagian besar dari kami juga cukup berprestasi di bidang akademik/non-akademik yang kami geluti. Kelas 'nakal', sebab jika kau lihat kelakuannya, guru pun angkat tangan menghadapi kami yang hiperaktif.
Awal kelas XI.
Guru : Wah, IA 5 bagus ini. Ada si anu, itu, nganu, dia juga, itu juga berpotensi. Anaknya pinter-pinter.
Setelahnya, hingga sekarang...
Guru : Kalian ini kelas yang siswanya paling tidak bisa diam. Ada guru pun tetap ricuh. Teriak-teriak, lompat ke sana-ke mari. Saya capek hadapi kalian. Cowok-cewek sama saja. Bla bla bla.
Scive : *kalem* *5 menit kemudian berulah lagi*
Guru : *geleng-geleng*
Ah, kami hanya terlalu paham cara membuat hidup menjadi menyenangkan.
Kau tahu sesuatu yang berada paling jauh di dunia ini? Itulah waktu yang sudah berlalu. Sekeras apa pun kau berusaha, kau tak akan mendapatkannya kembali. Scive dan semua orang mengalami hal ini: mencintai kenangan. Kami tak ingin masa-masa kelas XI berakhir. Namun, menuruti kehendak Sang Waktu, kami harus beranjak dari rasa nyaman kelas XI menuju XII.
![]() |
Ekspresinya ngehek. |
![]() |
Sudut surga. |
Semoga sukses ujian semester sekaligus kenaikan kelasnya, gaes.
Sampai jumpa kembali, semoga, di XII IA 5.
sure we'll create more beautiful memories in future^^ can't wait to meet you guys in our senior year!
ReplyDeleteahhhhhhh!!!!!!!!! lopppp scive memanggg
ReplyDelete