Aku menginginkan satu pertemuan lagi, satu saja. Setelahnya aku berjanji aku tak akan berusaha mendapatkanmu kembali. Aku akan merelakan jarak menang dan menanggung akibat dari keputusanku.
Aku
menginginkan satu pertemuan lagi. Aku ingin mengingat rasanya debar tak
keruan hanya dengan diam di sisimu, mendengar kau berbagi kisah yang
sesekali diselingi gelak kita, membuat aku menyesali ketidakmampuan
manusia untuk menciptakan mesin penghenti waktu.
Aku menginginkan satu pertemuan lagi. Aku ingin mengingat rasanya saat jantungku memompa darah lebih cepat hingga mengalir ke wajah. Aku ingin mengingat saat mata cokelatmu memerangkapku dalam sunyi, semu di pipiku enggan beranjak. Seketika aku lupa cara memalingkan wajah.
Aku menginginkan satu pertemuan lagi. Aku ingin mengingat rasanya saat jantungku memompa darah lebih cepat hingga mengalir ke wajah. Aku ingin mengingat saat mata cokelatmu memerangkapku dalam sunyi, semu di pipiku enggan beranjak. Seketika aku lupa cara memalingkan wajah.
Aku
menginginkan satu pertemuan lagi. Aku ingin mengingat bagaimana rasanya
menghadapi laki-laki yang hangat, dan penuh penghargaan terhadap
perempuan, sepertimu setiap hari. Aku ingin bertanya bagaimana hatimu
pernah tinggal dan tak pergi.
Aku
menginginkan satu pertemuan lagi. Aku mau kau diam dan mendengar, aku
akan bercerita tentang bagaimana kau berarti bagiku. Aku akan bercerita
bagaimana kau menggantungkan senyum di bibirku saat namamu menyapa layar
ponsel. Aku akan bercerita bagaimana bayangmu tak pernah beranjak dari
benakku. Aku akan bercerita betapa aku ingin kau membagi mimpi-mimpimu
lagi, dan mencipta ledakan asing di dadaku setiap kau berbisik bahwa aku
harus ada dalam perjalanan menuju cita itu.
Aku menginginkan satu pertemuan lagi, satu saja. Aku tak ingin kau pergi tanpa tahu betapa kau telah memberi warna di hidupku.
No comments:
Post a Comment