 |
| Courtesy of Pinterest |
Salah satu yang membuat saya geregetan saat berbincang dengan seseorang adalah berandai-andai. Karena proses berandai itu tidak berujung dan bisa menghantuimu seumur hidup. It's like you can't stop thinking about it. But if I don't share my 'what if' thoughts then I lose the game. Hehehe.
Well, bagaimana jika kami tidak bersekolah di tempat yang sama? Apakah takdir tetap memberi kami kesempatan untuk bertemu? Kalau tidak, apa yang terjadi? Dan bagaimana jika ya? Bagaimana jika kami berjumpa di perpustakaan, atau kafe, atau toko buku, atau taman kota? Apakah kisah kami akan menemui akhir yang serupa? Atau malah berbahagia? Bagaimana jika...
Udah ah, Qiv. Jangan curhat mulu. :(
Day 11: Something you always think "What if..." about.
Saya sendiri tidak begitu suka berandai karena tak akan menghasilkan apa-apa (kecuali postingan ini, mungkin). Tapi saya kerap memikirkan hasil seleksi tertulis masuk PTN yang saya lalui tahun lalu.
Bagaimana jika saya bersikeras hanya ingin melanjutkan pendidikan di opsi pertama saya? Bagaimana jika saya lulus di opsi itu? Akankah semester pertama saya berjalan lancar? Penuh kesibukankah? Bagaimana jika saya tidak bisa melaluinya dengan baik? Bagaimana jika nilai saya malah anjlok karena hanya memiliki kemampuan seadanya? Akankah saya menemui kawan dekat seperti yang saya miliki sekarang?
Bagaimana jika saya memutuskan untuk tidak berkuliah karena hanya lulus di opsi kedua? Apa yang akan saya lakukan selama satu tahun? Benarkah saya sudah siap bekerja (seperti rencana kala itu)? Bagaimana jika saya menjalani perkuliahan sebagai mahasiswi hukum dengan merombak gaya hidup--lebih banyak jalan-jalan daripada menyapa buku-buku? Bagaimana jika saya benar-benar mengalami kisah Nadya dan Ashila?
Bagaimana jika saya bersikeras hanya ingin melanjutkan pendidikan di opsi pertama saya? Bagaimana jika saya lulus di opsi itu? Akankah semester pertama saya berjalan lancar? Penuh kesibukankah? Bagaimana jika saya tidak bisa melaluinya dengan baik? Bagaimana jika nilai saya malah anjlok karena hanya memiliki kemampuan seadanya? Akankah saya menemui kawan dekat seperti yang saya miliki sekarang?
Bagaimana jika saya memutuskan untuk tidak berkuliah karena hanya lulus di opsi kedua? Apa yang akan saya lakukan selama satu tahun? Benarkah saya sudah siap bekerja (seperti rencana kala itu)? Bagaimana jika saya menjalani perkuliahan sebagai mahasiswi hukum dengan merombak gaya hidup--lebih banyak jalan-jalan daripada menyapa buku-buku? Bagaimana jika saya benar-benar mengalami kisah Nadya dan Ashila?
Pun, bagaimana jika tahun ini saya bertekad merajut kembali mimpi-mimpi yang sempat terkubur dan kembali memperjuangkannya? Apakah hasilnya akan baik? Atau malah kembali meremukkan hati?
Duh, duh. Sometimes having 'what if' is nice.
But, if I want something to change, simply dreaming alone will not do it, action also needed in reach something that I wanted. What shaped me into who I am now is the past, but past is the past, present is here and what will happen in the future base on what I do in present.
No comments:
Post a Comment