Kali pertama aku melihatmu, kau sedang menangis. Aku baru saja akan menghampirimu untuk bertanya apa yang terjadi, ketika melihat sebuah buku di hadapanmu. Kutebak kau menangis karenanya. Lucu juga, batinku, karena aku tidak pernah sebegitu emosionalnya saat membaca sesuatu.
Esoknya, aku membaca buku yang sama sepertimu. Kau tahu, Nona, air mataku juga jatuh, sedikit, bersama debar yang timbul setiap melihatmu. Sesederhana itu kisah kita (atau mungkin hanya aku, lihat saja nanti) bermula. Setiap aku berkunjung ke perpustakaan, kau selalu di sudut yang sama bersama buku-buku baru. Terkadang kau tersenyum, atau terbahak, atau tersedu seperti yang sudah-sudah. Dan ketika itu pula aku kembali mencari buku yang kau baca.
Itu saja, sebenarnya, sampai aku menyadari kau adalah salah satu karya yang Tuhan sedang senang hati saat menciptanya. Bukan cantik seperti perempuan pada umumnya, yang aku tahu, senyum yang menggantung di bibirmu adalah candu.
Aku harap kau menyadari kehadiranku, atau menoleh ke kiri sedikit saja, lalu aku akan mengangkat wajah dari buku yang kau nikmati kemarin dan memberi anggukan kecil. Hei, yang memisahkan kita hanya dua meja. Andai saja kau berkenan memamerkan senyum itu padaku, menyuguhkan sepasang lesung pipit menggemaskan, menggoyangkan rambut yang jatuh di dahimu seperti anak kecil.
Ah, maaf, Nona, karena aku belum memiliki keberanian untuk menikmati buku di meja yang sama denganmu.
Tapi tenang saja. Suatu hari, ketika aku sudah siap, aku akan menghampirimu dan berbincang tentang buku yang kau baca. Dan mungkin kau akan menyunggingkan senyum itu dan berkisah panjang lebar tentang seorang kakek yang akan dikenakan hukuman mati, atau sepasang kekasih yang ternyata adalah saudara kandung, atau tentang ayah yang sangat menyayangi putranya. Kau pilih saja, semua kisahnya sudah kuhapal di luar kepala.
Namun, sampai hari itu tiba, aku ingin berterima kasih atas buku-buku yang kau rekomendasikan secara tak langsung. Aku menyukainya.
Namun, sampai hari itu tiba, aku ingin berterima kasih atas buku-buku yang kau rekomendasikan secara tak langsung. Aku menyukainya.
Salam,
Lelaki dua meja sebelah kiri
No comments:
Post a Comment