Kau sedang berjalan di toko buku. Tiba-tiba, seseorang menyapamu akrab. Kau menoleh, mendapati orang tersebut salah tingkah, lalu minta maaf karena salah mengira. Dia mengaku kau mirip dengan seorang kawannya.
Saya adalah perempuan berwajah biasa-biasa saja dan berpenampilan sangat tidak mencolok. Rambut panjang-hitam-lurus yang sering diurai, memakai kacamata bingkai hitam, bertubuh cukup imut untuk menjadi model majalah Bobo. Belakangan ini saya dijuluki 'gadis aneh berponi' karena tatanan rambut yang saya potong menyerupai gaya rambut bocah perempuan 5 tahun.
Sewaktu masih duduk di bangku TK-SD-SMP, saya tidak pernah sedikit pun 'dituduh' mempunyai penampilan yang menyerupai orang lain. Saya selalu beda sendiri--dalam artian 'tenggelam', tak tampak. Saat orang lain berburu segala macam model ikat rambut, saya masih belajar menyatukan rambut saya yang sangat tebal untuk kemudian diikat dengan karet apa saja. Ketika teman-teman perempuan mengunjungi cermin kelas dua menit sekali, saya hanya melongo di tempat bersama mereka yang tak suka dandan. Hidup saya terasa biasa-biasa saja.
Namun, masuk SMA dengan segala keriuhannya, hidup saya perlahan berubah. Dan, 'kembaran' saya mulai bertebaran di mana-mana.
Pertama kali saya menemukan sosok yang menyerupai wajah saya adalah pada foto mantan kekasih seorang teman. Gadis yang tak saya kenal itu, dalam satu pose dengan tatapan tajam dan menusuk, berhasil membuat saya mengumpat, "Sial, ini mah muka gue banget!"
'kembaran' lainnya saya temukan di Smada dan dalam kunjungan ke sekolah lain. Tentu saja yang lebih awal menyadari segala kemiripan itu adalah teman-teman saya. Mereka tak pernah berhenti menyikut saya, saling berbisik, "Tu cewek mirip Qiva, kan?" Berbalas anggukan dan kalimat persetujuan. Biasanya saya hanya mendengus sebagai respons atas komentar mereka. Saya juga pernah mendapat sms; seorang teman lain menyampaikan bahwa wajah salah satu peserta audisi Indonesian Idol sangat mirip saya. Dan yang lebih parah, saya pernah dituduh 'nyeleweng' pacar orang gegara teman-teman saya nemu foto pacar tu cowok yang mirip dengan saya. Menyebalkan, bukan?
Tetapi, saya benar-benar salut atas kepercaya-diri-an gadis yang tadi sore menyapa saya. "Nama kakak siapa?"
Kening saya mengerut, namun saya mencoba menyunggingkan senyum terbaik. "Saya Qiva. Aqiva Karenina."
"Ooh. Tadi saya motret kakak diam-diam, kakak mirip senior saya, sih," ujar gadis itu seraya menunjukkan hasil potretannya kepada saya. "Kalian mirip banget!" Saya hanya tertawa.
"Besok dia datang, kok. Eh, aku boleh foto sama kakak nggak? Biar nanti aku tunjukin ke senior aku itu," mintanya tanpa ragu. Saya mengangguk seraya tertawa kecil, ternyata begini rasanya jadi aktris, di mana-mana dimintain foto.
Ya, dimirip-miripkan ini, awalnya risi. Tetapi lama-kelamaan saya terbiasa. Mungkin wajah saya memang sedemikian pasarannya.
Kata orang yang tak jelas identitasnya, jika kita sudah menemukan tujuh orang 'berwajah mirip dengan kita' di dunia, maka sebentar lagi kita akan berpulang ke Yang Maha Kuasa. Benar atau tidaknya saya tidak tahu dan tak ingin tahu. Saya sudah menemukan lebih dari tujuh 'kembaran'. Apakah ini artinya saya akan 'pergi' lebih cepat?
No comments:
Post a Comment